Berawaldari abad ke-4 di Kerajaan Kutai tepatnya di Kalimantan Timur merupakan Kerajaan Hindu pertama di Nusantara. kemudian perkembangan berlanjut antara abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddhisme Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. I Ching, penjelajah China, mengunjungi ibu kotanya di Palembang pada sekitar tahun 670.Pada puncak kejayaannya,
SULTAN Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II bersama permaisurinya, Tengku Sultanah LatifahSELASAR RIAU, PEKANBARU - Pengorbanan Riau untuk keberlangsungan bayi baru lahir bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, tak bisa ditandingi provinsi lainnya di Nusantara. Sejak awal Proklamasi diucapkan oleh Dwi Tunggal, Soekarno-Hatta, 17 AGustus 1945, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II, tak perlu waktu lama untuk menyatakan bergabung ke ibu pertiwi. Sulltan Siak ini tak hanya menyatakan bergabung begitu saja, bahkan ia menyerahkan harta dengan jumlah sangat banyak ketika itu guna modal perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. "Setidaknya Sultan Syarif Kasim II menyerahkan ke Indonesia melalui Soekarno sejumlah uang senilai 13 juta Gulden Belanda, Mahkota berlian miliknya, serta pedang keris dan harta-harta bernilai lainnya," kata Bupati Siak, Syamsuar, kepada SELASAR RIAU, belum lama ini. Tak hanya uang 13 juta Gulden Belanda saja diserahkan Sultan ke Indonesia, melainkan juga wilayah kerajaannya, mulai dari Sumatera Timur, meliputi Kerajaan Melayu Deli, Serdang, Bedagai hingga Provinsi Riau dan Kepulauan Riau saat ini.. Termasuk Istana sekarang ini. Di dua provinsi terakhir, terutama Riau, sejak zaman Belanda sudah dilakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas Migas dengan kualitas terbaik di dunia. Sumbangan dari perut bumi Riau berupa Migas itulah selama sejak Indonesia merdeka hingga sekarang, menghidupi negara bernama Indonesia ini. Jika dihitung, sumbangan Sultan Siak sebanyak 13 juta Gulden Belanda, sama dengan lebih kurang 69 Juta Euro. JUmlah tersebut jika di-Rupiah-kan sekitar Rp 1,074 Sultan Siak itu merupakan sumbangan terbesar kerajaan-kerajaan di nusantara bagi bayi baru lahir, Indonesia. Bandingkan dengan Kesultanan Yogyakarta. Raja Hamengku Buwono IX hanya menyumbangkan 6,5 juta Gulden Belanda bagi modal perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 2016 silam, Pemerintah Kabupaten Siak mendirikan Tugu Penyerahan Kesultanan Siak kepada Republik Indonesia, sebagai gambaran perjuangan Sultan Syarif Kasim II, seorang nasionalis relijius sejati. Tugu Peringatan Penyerahan Kesultanan Siak kepada pemerintah Republik Indonesia ini peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pernyataan penyerahan kekuasaan ke Soekarno, tuturnya, sarat dengan penuh makna. "Itu merupakan pernyataan tak jadi Sultan lagi. Sultan siap tak tinggal di Istana, jadi rakyat biasa, sama seperti rakyat lainnya," kata Syamsuar. Bukan hanya itu, tutur Syamsuar, Sultan Syarif Kasim II juga seorang pejuang bagi warga Riau, melainkan juga berjuang hingga ke Aceh. "Sultan itu anggota resimen dengan pangkal Kolonel tergabung dalam resimen Rencong di Aceh. Sultan juga dengan kesadarannya menaikkan bendera merah putih yang dijahit permaisuri, istrinya di halaman Istana Siak," kata Syamsuar. Sejawan Riau, OK Nizami Jamil, mengatakan, saat berjuang ke Aceh, Sultan Syarif Kasim II juga ikut menyumbangkan hartanya untuk membeli pesawat Seulawah. "Sultan juga ikut menyumbangkan hartanya guna membeli pesawat Seulawah, yang terkenal itu bagi perjuangan rakyat Indonesia, ketika itu," kata OK Nizami Jamil, anak dari Sekretaris Pribadi Sultan Syarif Kasim II, Muhammad Jamil. Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan ke-12 Kerajaan Siak. Ia lahir tahun 1908 dan meninggal 60 tahun kemudian, 1968. Tugu Penyerahan Kesultanan Siak ini material pembentuk patung atau tugu menggunakan bahan perunggu. Pemilihan material ini sebagai perlambang dinamis yang selalu mengikuti perkembangan Sultan mangkat tahun 1968, ia seperti rakyat jelata lainnya. Menghabiskan masa hidupnya di sebuah tempat bernama Istana Peraduan. Ia hanya diberi uang pensiun oleh Soekarno setiap bulannya
terlihatdari keadaan kerajaan-kerajaan Islam menjelang datangnya Belanda di akhir abad-16 M dan awal abad-17 M ke Indone sia yang berbeda-beda, bukan hanya berkenaan dengan kemajua n politik, tetapi
Apa sumbangan dalam bidang sosial budaya politik , seni dan lain lain masing masing ketiga kesultanan yaitu pasai, malaka, dan aceh bagi nusantara 1. Masuknya Islam Ke Indonesia, yang membuat Indonesia memiliki sebuah agama yang Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia Yang bersifat kesultanan di membantu.
NusanTaRaCom Besar pendapatan suatu penduduk negara atau PDB (Produk Domistik Bruto) tidak menjamin bahwa bahwa warga tersebut memiliki sikap kedermawanan yang tinggi, ini dibuktikan dengan hasil Jajak Pendapat yang dilaksanakan GALLUP sebuah perusahan riset global yang telah menjalankan jajak pendapat publik pada 140 negara di dunia
kekayaan alamnya yang melimpah, membuat dunia mancanegara datang untuk berniaga ke Nusantara. Salah satu kekuasaan di Nusantara yang turut berperan adalah Kesultanan Banten dan sempat berjaya di berkat ekspornya. Menurut sejarawan Claude Guillot dan timnya dalam buku Banten Sebelum Zaman Islam, keterlibatan Banten di perniagaan perniagaan sudah ada sejak jaman Kerajaan Sunda. Ia mengutip catatan pelancong asal Portugis, Tomé Pires yang sempat singgah di Asia Tenggara, bahwa kawasan tersebut merupak sumber penghasil beras, bahan makanan, dan lada. Baca Juga Kisah Pelacur dan Pelacuran Pada Zaman Perdagangan Jalur Rempah Pada zaman kesultanan, menurut sejarawan Universitas Indonesia, Heriyanti Ongkodharma Untoro dalam tesisnya Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522-1684 Kajian Arkeologi-Ekonomi, Kesultanan Banten menyisakan perdagangannya yang luas di kancah mancanegara. Hubungan kerjasama politik dan ekonomi Kesultanan Banten cukup luas. Menurut sejarawan Hindia-Belanda, van der Chijs dalam Oud Bantam, relasi pada kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tak hanya dengan kesultanan-kerajaan di sekitar Nusantara, tetapi juga dengan Ottoman Turki, Inggris, Perancis, Denmark, dan Mongol. Sehingga kesultanan ini juga mendapat bantuan perangkat militer seperti senjata api. Untoro menyebutkan, Kesultanan Banten bisa disebut sebagai emporium kota pelabuhan dagang mancanegara seperti Kesultanan Aceh dan Makassar. Aktivitas perekonomian tingkat mancanegaranya di masa lalu, membuat keberadaannya dapat dilacak lokasinya secara arkeologis di tepi teluk Banten. Baca Juga Pala dan Cengkih, Rempah Nusantara yang Menjadi Primadona di Maluku Alasan mengapa para pedagang asing memilih berniaga ke Banten, menurut Burger dan Prajudi Atmosudirjo dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, karena pada abad ke-16, Selat Malaka yang umumnya menjadi jalur perniagaan laut nusantara, dimonopoli Portugis yang sekaligus bermaksud menyebarkan agama Katolik. "Oleh karena itu banyak di antara pedagang Islam dari Malaka yang menyingkir ke Aceh dan Banten, bahkan tidak sedikit pula saudagar-saudagar Malaka yang pindah dan bertempat tinggal di Banten, yang bercitra agama Islam," tulis mereka. Perkembangan ekonomi negerinya pun dikelola oleh berbagai etnis yang mendapatkan jabatan sebagai syahbandar pegawai negeri dan ulama, mulai dari pribumi asli Banten, Tionghoa, India Gujarat, Arab, dan Eropa. Baca Juga Pesona Lada Aceh, dari Ottoman hingga Eropa Barat Berdasarkan dokumentasi VOC, cengkeh merupakan komoditas ekspor terbesar dari Banten yang jumlahnya bisa mencapai pon pada 1636. Cengkeh memang bukanlah hasil budidaya masyarakat Banten, melainkan didatangkan dari Maluku oleh para pedagang Banten untuk diekspor ke luar nusantara. "Jual beli cengkeh ini dilakukan antar pedagang besar di Banten dengan pedagang besar Inggris," tulis Untoro. "Pedagang Inggris yang berdagang merupakan pegawai dari perusahaan dagang sehingga modal yang dimiliki sangat memungkinkan untuk membeli rempah dalam jumlah besar." Tiga prajurit Banten bertameng serta bersenjata tombak, pedang, dan senapan. Selain cengkeh, lada merupakan komoditas ekspor utama asli budidaya Kesultanan Banten dan menjadi penghasil komoditi dunia. Untoro menjelaskan, bahwa komoditas ini banyak dicari oleh pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Portugis. Pernyataannya ini berdasarkan catatan berita Tiongkok abad XV. Baca Juga Jung Jawa, Kapal Raksasa Penguasa Lautan Nusantara yang Telah Hilang Diyakini, produksi terbesar kesultanan tersebut berasal dari Lampung di bawah kekuasaan Banten, melalui perjanjian-perjanjian yang ditulis lewat berbagai prasasti dan piagam, seperti piagam Sukan yang bertanggal 1104 H 1684. Dalam piagam dan prasasti yang dituliskan dengan aksara Lampung dan menggunakan bahasa Jawa-Banten tersebut, mengharuskan masyarakat yang sudah berusia 16 tahun untuk menanam 500 pohon merica. Tak hanya sektor pertanian dan perkebunan, Kesultanan Banten mengekspor hasil laut seperti ikan dan cangkang kura-kura oleh para nelayan yang bekerja sambilan sebagai budak. Berdasarkan temuan di beberapa situs Banten lama oleh Mundardjito, arkeolog Universitas Indonesia, terdapat banyak ruas tulang belulang ikan berdiamter 2 hingga 6 cm dan sisik ikan. Baca Juga Benteng Makasar, Kenangan Sepetak Pecinan Tangerang di Zaman VOC Cangkang kura-kura umumnya dibeli oleh pedagang Tiongkok untuk dibawa ke negerinya. Menurut para sejarawan, kemungkinan besar fungsinya sebagai bahan baku perhiasan dan peralatan. Selain yang disebutkan di atas, ada pula beras, gula, opium, buah-buahan, jahe, rotan, kapur, dan gading gajah yang menjadi komoditas bernilai tinggi, serta tak kalah besar jumlah budidayanya. Menurut Untoro, beragam dan banyaknya produksi dari Kesultanan Banten, menjadikannya sebagai negeri yang mandiri dalam perniagaan. Namun kemandirian perdagangan ini harus berakhir pasca Sultan Ageng berkuasa karena kedekatannya dengan Belanda. Akibatnya, terjadi konflik politik internal antara dirinya dan anaknya, Sultan Haji, yang membuat para pedagang asing harus mengalihkan perniagaannya ke tempat lain. Baca Juga Herman Willem Daendels dalam Pemberantasan Korupsi di Hindia Belanda Van der Chijs menulis, demi memperkuat posisinya di kesultanan saat masa pemberontakan, Sultan Haji meminta bantuan dan terikat perjanjian 17 April 1684 dengan Belanda. Banyak pejabat, menteri, dan para pemberontak pendukung Sultan Ageng menolak tindakan tersebut karena isinya yang merugikan kesultanan. Perjanjian pun ditandatangani sultan, dan Belanda turut meredam pemberontakan. Menurut Van der Chijs, perjanjian itulah yang membuat kompeni Belanda dapat berperan aktif memonopoli perniagaan Banten, sehingga sinar perniagaan Kesultanan Banten kian meredup. MerapahRempah PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Haltersebut sebagai upaya merekonstruksi atau menghadirkan kembali ide-ide, pola pikir, atau rumusan-rumusan hikmah kehidupan yang telah dicapai para pendahulu kita. Penelitian atau kajian tematik manuskrip keagamaan nusantara yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, merupakan sebuah action (aksi) dari sebuah
Tentang Kami Sekapur Sirih Tentang Pertanggungjawaban Akademis Kru Berita Seputar Aktivitas Sekapur Sirih Sampai saat ini, belum ada pendokumentasian warisan sejarah dan budaya tentang kerajaan/kesultanan dari seluruh dunia, yang komprehensif, sistematis, dan akurat, baik dalam bentuk on line maupun bentuk cetak. Kalaupun ada, dokumentasi tersebut masih bersifat parsial, belum sistematis, belum komprehensif, dan belum akurat, serta hanya dimiliki oleh satu-dua kerajaan tertentu saja. Di mana pun di seluruh dunia, kerajaan/kesultanan pada umumnya menjadi pusat kebudayaan dan peradaban. Keberadaan kerajaan/kesultanan di sebuah tempat menunjukkan bahwa komunitas/masyarakat di tempat tersebut sudah mengenal sistem pemerintahan dan tatanan sosial yang mengatur kehidupan masyarakat, terlepas dari apakah sistem tersebut masih sederhana ataupun sudah sangat kompleks. Sebagai pusat kebudayaan dan peradaban, kerajaan/kesultanan menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang sangat banyak, baik yang bersifat tangible maupun intangible. Dari masa ke masa, kekayaan ini bisa bertambah, jika kerajaan tersebut mampu mempertahankan eksistensinya, mampu beradaptasi dengan perubahan tatanan sosial dan tuntutan masyarakat, dan mampu mengembangkan diri untuk menjawab tantangan zaman. Sebaliknya, kekayaan tersebut bisa pula menyusut –bahkan hilang— jika sebuah kerajaan/kesultanan gagal mempertahankan eksistensinya. Apapun kondisi yang ada, apakah sebuah kerajaan/kesultanan masih eksis atau sudah surut, warisan sejarah dan budaya yang pernah dan masih dimilikinya sangat penting untuk didokumentasikan dan dipublikasikan ke seluruh dunia melalui media yang mudah diakses kapan saja, dari manapun, oleh siapa saja, serta cepat dan murah. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, website berbahasa Indonesia dan Inggris hadir sebagai perpustakaan digital raksasa untuk menggali, mendokumentasikan, mengolah, serta mempublikasikan warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan di seluruh dunia. Untuk itu, kami mengajak segenap pihak yang berkompeten untuk bekerjasama dengan cara sharing data, mengumpulkan data warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan yang ada untuk kami olah dan dipublikasikan melalui Banyak manfaat yang akan diperoleh kerajaan/kesultanan yang bergabung dengan . Pertama, sebuah kerajaan/kesultanan akan lebih dikenal secara luas, karena dengan bergabung di maka keberadaan sebuah kerajaan akan diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia. Kedua, dengan terdaftarnya sebuah kerajaan/kesultanan di pusat data dan informasi kerajaan seluruh dunia, maka anak-cucu akan selalu bisa mempelajari warisan leluhur yang ada/pernah ada, meskipun mungkin secara fisik warisan tersebut sudah tidak ada wujudnya. Ketiga, apa yang tersimpan di dalam selamanya akan terus-menerus menjadi sumbangan yang sangat besar bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan sejarah dan budaya. Oleh karena demikian besarnya manfaat yang akan dapat dipetik dari keberadaan serta keikutsertaan sebuah kerajaan/kesultanan dalam program revitalisasi warisan sejarah dan budaya kerajaan ini, maka kami berharap segenap pihak untuk menyambut ajakan kami dengan sepenuh hati. Semoga kerjasama ini akan membawa kebaikan bagi umat manusia, terutama di bidang kebudayaan dan peradaban. Atas kerjasama yang baik, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Tentang hadir berdasarkan pada perluasan makna tentang arti kata “nusantara”. hadir sebagai website yang melintas batas, menghilangkan kesempitan pengertian secara geopolitik tentang makna “nusantara”, kemudian merangkum seluruh wilayah di muka bumi ini ke dalam satu pemahaman yang bernama “nusantara”. hadir dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. merupakan perpustakaan digital raksasa yang menggali, mendokumentasikan, mengolah, serta mempublikasikan warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan di seluruh dunia demi melestarikan dan mengembangkan warisan sejarah dan budaya kerajaan/kesultanan se-dunia. Konsentrasi adalah melakukan kajian dan dokumentasi tentang kerajaan/kesultanan yang pernah dan masih ada di seluruh dunia secara komprehensif, sistematis, akurat, kemudian mempublikasikannya secara on line. Nilai komprehensif, sistematis, dan akurat dari dapat dilihat dari kelengkapan menu-menu yang sangat detail tentang seluk-beluk sebuah kerajaan/kesultanan. Menu-menu yang tersaji tersebut dibagi menjadi beberapa obyek kajian, yaitu kajian tentang kesejarahan meliputi sejarah kerajaan/kesultanan, silsilah dan periode pemerintahan, sistem pemerintahan, wilayah kekuasaan, serta sosial budaya dan agama. Profil raja/sultan serta tokoh keagamaan yang meliputi penulisan tentang raja/sultan/pemangku adat sekarang dan tokoh keagamaan kerajaan/kesultanan ulama, pendeta, penasehat spiritual. Kajian tentang aktivitas raja/sultan/pemangku adat dirangkum ke dalam beberapa penulisan yang meliputi, raja/sultan dan pemerintahan sekarang, aktivitas sosial raja/sultan, gelar kerajaan/kesultanan yang meliputi gelar atau penghargaan yang diberikan oleh raja/sultan kepada kerabat/keturunan dan di luar kerabat/keturunan serta penghargaan atau gelar yang diterima oleh raja/sultan. Kemudian kajian tentang keluarga dan rumah tangga kerajaan/kesultanan yang meliputi penulisan tentang keluarga raja/sultan dan rumahtangga kerajaan/kesultanan. Penulisan tentang istana/keraton juga menjadi obyek kajian tersendiri. Pada bagian ini ditulis tentang istana yang meliputi istana utama, taman, pesanggrahan, pemandian, keputren, benteng, tempat ibadah masjid, gereja, vihara, pura, gereja, dll. Masih pada kajian tentang bangunan ini, ditulis juga kajian tentang petilasan dan makam kubur. Aspek politik juga menjadi perhatian dengan melakukan kajian tentang undang-undang dan hukum adat tentang pemerintahan, tanah atau ulayat, dll. Sebagai pendukung unsur politik, maka kajian tentang pertahanan dan keamanan dengan penulisan tentang militer dan jenjangnya panglima, hulubalang, dan prajurit juga tersedia di website ini. Selain politik dan militer, website ini juga menyediakan kajian tentang seni dan kebudayaan yang meliputi, acara dan upacara upacara penobatan, tolak bala, lingkaran hidup, keagamaan, dan upacara lainnya, adat istiadat kerajaan/kesultanan kelahiran, perkawinan, kematian, dll, seni dan budaya istana seni musik, suara, tari, beladiri, ukir, tenun, dll, kesusastraan sastra lisan dan sastra tulisan, busana kerajaan/kesultanan busana raja/sultan dan ratu, kerabat, pejabat, prajurit, dan rakyat. Tak ketinggalan, kajian tentang kuliner kerajaan/kesultanan masakan, makanan, dan minuman hingga obat dan pengobatan tradisional juga menjadi obyek kajian di website ini. Selain itu, website ini juga menyediakan tentang dokumentasi sebuah kerajaan/kesultanan yang dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu koleksi pusaka, nonpusaka, dan peralatan lainnya, galeri foto meliputi foto sejarah, tentang raja/sultan sekarang, istana dan arsitektur, tempat ibadah, regalia-simbol kekuasaan, pusaka dan nonpusaka, upacara, kesenian, buku, naskah, dokumen penting, busana, militer, makam, petilasan, kuliner, kendaraan, dan binatang peliharaan, berita, opini, artikel, musik, dan video. Kajian selanjutnya adalah penulisan tentang obyek wisata yang terdapat di sekitar kerajaan/kesultanan. Sedangkan sebagai sarana pendukung, website ini juga menyediakan informasi tentang alamat dan peta lokasi kerajaan/kesultanan. Kerajaan/kesultanan yang dimuat di akan dikenal secara luas karena keberadaan kerajaan tersebut akan diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia. Dipublikasikannya sebuah kerajaan/kesultanan di menjadikan sumber data yang dimiliki oleh kerajaan/kesultanan tersebut akan abadi dan terus dapat digali demi kepentingan sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Selain penelitian yang dilakukan secara mandiri, kekuatan adalah kerjasama dari semua pihak yang merasa peduli dan memiliki data-data tentang kerajaan/kesultanan. Sharing data tentang kerajaan/kesultanan menjadi bagian tak terpisahkan dari kerja kami demi kepentingan ilmu pengetahuan dan pelestarian serta pengembangan warisan sejarah dan budaya. Oleh karena itu, kami menghimbau kepada segenap pihak untuk dapat mendukung kami dengan cara berbagi data tentang kerajaan/kesultanan. Kerjasama dari segenap pihak sangat kami harapkan. Terimakasih. Pertanggungjawaban Akademis Tentang Definisi Nusantara. Secara etimologi, kata ”nusantara” tersusun dari dua kata, ”nusa” dan ”antara”. Jika dikupas dari kata per kata, kata ”nusa” dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan[i]. Sedangkan dalam bahasa Latin, kata ”nusa” berasal dari dari kata nesos yang menurut Martin Bernal dapat berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa[ii]. Merujuk pada pernyataan Bernal tersebut, maka kata ”nusa” juga mempunyai kesamaan arti dengan kata nation dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”nusa” dapat memiliki dua arti, yaitu kepulauan dan bangsa. Kata kedua yaitu ”antara” memiliki padanan dalam bahasa Latin, in dan terra yang berarti antara atau dalam suatu kelompok[iii]. ”Antara” juga mempunyai makna yang sama dengan kata inter dalam bahasa Inggris yang berarti antar antara dan relasi. Sedangkan dalam bahasa Sanskerta, kata ”antara” dapat diartikan sebagai laut, seberang, atau luar sebagaimana pemaknaan dalam Sumpah Palapa Patih Gadjah Mada di Kerajaan Majapahit. Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”antara” mempunyai makna, yaitu antar antara, relasi, seberang, dan laut. Dari penjabaran di atas, penggabungan kata ”nusa” dan ”antara” menjadi kata ”nusantara” dapat diartikan sebagai kepulauan yang dipisahkan oleh laut atau bangsa-bangsa yang dipisahkan oleh laut. Arti dari pernyataan pertama dapat merujuk pada keseluruhan wilayah di dunia. Sedangkan pernyataan kedua dapat berarti bangsa-bangsa yang kini telah bersulih menjadi negara-negara di seluruh dunia. Pernyataan kedua juga dapat dikembangkan lagi, yaitu kata ”nusantara” mempunyai persamaan dengan kata ”internasional” international yang jika dikupas dari kata per kata menjadi inter atau antara atau laut dan nation atau bangsa. Sehingga kata ”internasional” international dapat bermakna bangsa-bangsa yang terpisah oleh laut atau dapat pula berarti relasi antara bangsa-bangsa di seluruh dunia. Menilik dari segi sejarah, kata “nusantara” pertama kali tertulis dalam literatur berbahasa Jawa sekitar abad ke-12 sampai 16. Penggunaan kata “nusantara” semakin dikenal ketika Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada mengucapkan kata ini dalam Sumpah Palapa pada tahun 1258 Saka 1336 M[iv]. Pada waktu itu, kata “nusantara” bermakna daerah yang berada di luar pengaruh kebudayaan Jawa atau berada di seberang Jawadwipa Pulau Jawa, terpisah oleh laut, dan menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Majapahit. Pada awal abad ke-20, pengertian “nusantara” mengalami pergeseran arti sehingga dipahami sebagai nama suatu wilayah yang merupakan kelanjutan dari nama Hindia Belanda[v]. Nama wilayah ini kemudian dikenal dengan nama Indonesia. Pengertian pada awal abad ke-20 ini selanjutnya dipakai sebagai acuan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menyebut wilayah kesatuan yang membentang dari Sabang sampai Merauke sebagai wilayah “nusantara”. Inilah pengertian secara geopolitik yang berasal dari Kerajaan Majapahit dan kemudian dipakai sebagai acuan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menyebut wilayah Indonesia. Berdasarkan pada penjabaran di atas, wilayah “nusantara” tak hanya dipahami sebagai wilayah terluar Kerajaan Majapahit yang meliputi wilayah Indonesia pada masa sekarang ditambah dengan sebagian wilayah Asia Tenggara. Wilayah “nusantara” juga tak hanya sebagai sebuah wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke, sebagaimana yang menjadi pemahaman Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang. Namun, wilayah “nusantara” dapat dipahami sebagai suatu wilayah yang mencakup seluruh dunia. Kesimpulan tentang wilayah ”nusantara” di atas juga berlaku untuk seluruh kerajaan/kesultanan yang pernah ada atau masih eksis hingga saat ini di seluruh dunia. Kerajaan/kesultanan di seluruh dunia tersebut dikatakan sebagai kerajaan nusantara. Hal ini berpijak pada batas geografis di mana seluruh daratan pulau yang dipisahkan oleh laut termasuk dalam pengertian nusantara, sehingga kerajaan nusantara mempunyai arti yang sama dengan kerajaan dunia. Salam Takzim Mahyudin Al Mudra, SH. MM Pendiri dan Pemimpin Umum/Redaksi SumberMartin Bernal, 2006. Black Athena. United States Of America Rutgers University Press. Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto, 1993. Sejarah nasional Indonesia II. Jakarta Balai Pustaka [i] [ii] Martin Bernal, 2006487 [iii] [iv] Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto, 1993434 [v]
mereka apakah mereka adalah perantara yang bekerja untuk perdagangan Tiongkok ataukah untuk raja-raja Chola di India Selatan. Pada awal abad ketiga belas para pedagang rempah Aden, di Yaman, akhirnya menyadari keberadaan orang-orang Muslim yang menghuni sebuah tempat yang sekarang mereka sebut “Jawa”.4 Pada abad keempat belas,
PendahuluanGambar atas kiri adalah Masjid Baiturrahman, Nanggroe Aceh Darussalam yang dikenal dengan Kesultanan AcehGambar atas kanan adalah Masjid Agung Demak, Jawa Tengah yang dikenal dengan Kesultanan DemakGambar di bawah adalah Masjid Agung Banten, yang dikenal dengan Kesultanan Banten. Mari kita Untuk soal nomor 1Apa kontribusi kesultanan tersebut terhadap penyebaran islam di nusantara? JawabKontribusi kesultanan Aceh, Demak, dan Banten terhadap penyebaran islam di Nusantara adalah Kontribusi Kesultanan Aceh - Menjadikan Kesultanan Aceh sebagai pusat pendidikan Islam khususnya keberadaan para ulama ulama besar seperti Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As Sumatrani - Menjadikan Kesultanan Aceh sebagai salah satu Kesultanan Islam yang strategis dan luas di Sumatera bagian utara dan tengah, yang meliputi Pesisir utara Aceh hingga ke Teluk Aru, dan Pahang di Malaysia. Kontribusi Kesultanan Demak- Mendirikan pesantren sebagai sarana penyebaran islam yang efektif- Menjadi salah satu pusat penyebaran islam di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta dan Jawa Timur- Masjid Agung Demak di Kesultanan ini sebagai pusat kegiatan dan dakwah Wali Songo yang menyebar agama islam di seluruh bagian Pulau Jawa. Kontribusi Kesultanan Banten- Sebagai pusat kerajaan islam dan islamisasi di Banten dan Lampung yang dulunya masuk bagian dari Kesultanan Banten. - Sejak Sultan Maulana Hasanuddin berkuasa, ia menyebarkan islam hingga ke pedalaman dan pesisir Banten. Agar islam dapat diterima, ia menggabungkan konsep hindu-Buddha di dalam konsep pemerintahannya, agar islam dapat diterima pada seluruh lapisan masyarakat. Untuk soal nomor 2Bagaimana kaitannya dengan proses masuk dan berkembangnya agama islam di indonesia? JawabKesultanan Aceh, Kesultanan Demak, dan Kesultanan Banten sama-sama diawali dari pemerintah kerajaan yang mulanya menganut islam terlebih dahulu. Setelah menganut islam di suatu kesultanan, para pihak kerajaan turut andil di dalam penyebaran agama islam di daerah kekuasaannya, agar dapat melanggengkan kekuasaan kesultanan, dapat menjadikan menjadikan islam sebagai agama resmi kesultanan di suatu wilayah, serta menjadikan kesultanan sebagai pusat kegiatan, pendidikan dan penyebaran agama islam di suatu wilayah kesultanan. Mulanya para Wali Songo sebagai penyebar islam di Jawa mengislamkan pemerintahan kerajaan, hingga setelah menjadi kesultanan. Raja-raja yang telah menganut islam tersebut melakukan dakwah kepada rakyatnya, sehingga islam menjadi berkembang di seluruh wilayah nusantara. Aceh berperan penting dalam pusat penyebaran di Sumatera dan Pahang, Demak sebagai pusat penyebaran islam di Jawa, sekaligus menjadi pusat dakwah dan kegiatan wali songo, serta Kesultanan Banten, yang menyebarkan agama islam di seluruh wilayah Banten dan Lampung. Pelajari lebih lanjut tentang penyebaran islam di Indonesia di bawah ini Nama,tahun berdiri,tempat ibadah umat,dan sejarah singkat masjid di atas... KERAJAAN BANTEN DALAM MENYEBARKAN ISLAM yang melakukan dakwah di daerah Jawa Barat adalah peran penting kerajaan demak dalam penyebaran islam contoh konsep perubahan dan keberlanjutan di Banten 9 tokoh walisongo beserta perannya dalam penyebaran agama islam dipulau jawa peran kesultanan-kesultanan islam terhadap penyebaran agama islam di seluruh pelosok Nusantara ? Detail jawaban Kode 11 SMA Mapel Sejarah IndonesiaKategori Bab 5 - Zaman Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia Kata Kunci kontribusi kesultanan islam di nusantara, kaitan kesultanan dengan proses masuk dan berkembangny agama islam di indonesia
. 456 358 146 281 292 349 237 68
apa sumbangan ketiga kesultanan tersebut bagi nusantara